1. Ferry Unardi (TRAVELOKA)







Nama lengkap : Ferry Unardi


Profesi : Pengusaha

TTL : Padang , 16 Januari 1988

Karya /Prestasi : Software Engineer di Microsoft, Seattle, Amerika Serikat (2008-2011) Indonesia Marketing 2015 kategori E-commerce (2015) CEO dan Co-Founder Traveloka.com (2012-Sekarang)







RIWAYAT

Pria asal Padang ini memilih membangun start up pembelian tiket pesawat online ketimbang menamatkan kuliah S2-nya di Amerika Serikat. Ferry Unardi sukses sebagai digital entrepreneur dengan Traveloka-nya.

Ferry Unardi merupakan salah satu pendiri Traveloka.com, yaitu sebuah perusahaan e-commerce yang menyediakan kebutuhan untuk perjalanan seperti tiket pesawat dan hotel.

Jasa mereka tidak hanya dapat diperoleh melalui website melainkan bisa diakses lewat aplikasi yang tersedia di Android dan juga iOS. Pada tahun 2015, aplikasi Traveloka berhasil menjadi aplikasi terbaik di Google Play Store.

Pria kelahiran Kota Padang, 16 Januari 1988 ini merupakan lulusan Computer Science and Engineering di Purdue University dengan gelar Bachelor Science. Setelah menyelesaikan studi strata pertamanya, Ferry sempat bekerja sebagai Software Engineer di Microsoft, Seattle, Amerika Serikat (AS), selama kurang lebih 3 tahun.

Ferry memutuskan untuk keluar dari Microsoft dan melanjutkan kuliah untuk memperoleh gelar Master of Business Administration di Harvard Business School. Namun, sayangnya ia hanya kuliah selama 1 semester.

Pria berkaca mata ini memilih untuk membangun start up bersama rekannya yang pernah bekerja di Microsoft dan orang Indonesia juga bernama Derianto Kusuma dan Albert. Start up tersebut pun didirikan pada Maret 2012 sedangkan launching resminya pada Oktober 2012.

Pada awalnya Traveloka berhasil meng-hire kurang lebih 20-30 karyawan, namun seiring perjalanannya, saat ini Traveloka telah memilik kurang lebih 100 karyawan.

Alasan Ferry menciptakan Traveloka karena pengalaman hidupnya di Amerika Serikat. Selama 8 tahun tinggal di Amerika, ia merasa kesulitan mencari tiket pesawat untuk pulang ke tanah air. Misalnya, ia ingin pulang ke Padang dari Indianapolis, AS, namun tiket langsung ke Padang sangat sulit didapatkan. Fery harus ke Jakarta dulu baru melanjutkan perjalanan ke Padang.

Ditambah lagi, saat ia ingin traveling lagi-lagi kesulitan mencari tiket pesawat secara online menjadi kendalanya. Sehingga terbersitlah untuk membangun bisnis di bidang perjalanan.

Konsep awal Traveloka hanyalah sebagai mesin pencari dan pembanding tiket pesawat. Namun, Fery melihat ada kencendrungan orang-orang yang tak sekadar membandingkan harga tiket pesawat, melainkan juga memesannya. Sehingga, pada tahun 2013 konsep Traveloka semakin berkembang menjadi situs reservasi tiket pesawat dan hotel.

Berkat keberhasilannya membangun bisnis Traveloka dari nol, Ferry Unardi dinobatkan sebagai entrepreneur sukses di bawah usia 30 tahun di Asia oleh Forbes. Pada 10 Desember 2015, Ferry juga mendapatkan anugerah sebagai Indonesia Marketing Champion 2015 di bidang e-commerce yang diselenggarakan oleh Markplus. (AC/DN) (Photo: Facebook/ Ferry Unardi)



PENDIDIKAN


Science and Engineering, Purdue University, Amerika Serikat (2004-2008)
Master of Business Administration, Harvard Business School, Amerika Serikat (2011-2012)

KARIER

Software Engineer di Microsoft, Seattle, Amerika Serikat (2008-2011)
CEO dan Co-Founder Traveloka.com (2012-Sekarang)

2. Nadiem Makarim (GO-JEK)






Nama lengkap : Nadiem Makarim


Profesi : Pengusaha

TTL : Jakarta, 4 April 1984

Karya/Prestasi : S2, Harvard Business School, Amerika SerikatCo-founder dan Managing Editor di Zalora IndonesiaChief Innovation Officer KartukuCEO GO-JEK Penerima Bidang Teknologi dan Kewirausahaan, Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) XV, 2017






RIWAYAT
Kemacetan lalu lintas di Jakarta yang dialaminya melahirkan sebuah ide bisnis menarik. Nadiem Makarim membuat aplikasi ojek online sebagai solusi transportasi penduduk kota. Ia rela meninggalkan kerjaan lamanya yang sudah nyaman demi membangun usahanya bernama Go-JEK.

Nadiem Makarim atau yang lebih dikenal dengan panggilan Nadiem lahir di Jakarta 4 Juli 1984 dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadrie. Ia adalah anak lelaki satu satunya dari pengacara ternama keturunan Arab asal Pekalongan, Jawa Tengah, Nono Anwar Makarim. Ayahnya seorang intelektual dan lawyer dengan gelar Doktor ilmu hukum lulusan Harvard.

Meski Nadiem adalah anak bungsu dari 3 bersaudara, ia tidak berperilaku manja. Justru ia tetap menunjukkan kemandiriannya. Setelah meluluskan jenjang pendidikan dasar dan menengahnya di Jakarta, ia melanjutkan SMA- nya di Singapura. Bahkan tak hanya di situ kemandiriannya, lulus dari Singapura, ia pergi ke Amerika untuk melanjutkan pendidikannya di Brown University Amerika Serikat.

Ia berhasil mendapat gelar BA di jurusan International Relations. Ia pun sempat mengikuti pertukaran pelajar di London School of Economics. Tidak puas dengan ilmu yang dimiliki, ia melanjutkan pendidikan layaknya sang ayah dan mengambil masternya di Harvard Business School dan mendapatkan gelar MBA (Master of Business Administration).

Pria lulusan Harvard ini memilih untuk kembali ke tanah airnya Indonesia, Nadiem tidak membutuhkan waktu yang lama untuk terjun ke dunia kerja. Berbekal ijazah yang dimilikinya, Nadiem direkrut di Management Consutant di McKinsey & Company, sebuah lembaga konsultan ternama yang berbasis di Jakarta. Di perusahaan ini, ia menghabiskan waktu 3 tahun.

Selain itu, ia juga bekerja sebagai Co-founder dan Managing Editor di Zalora Indonesia kemudian menjadi Chief Innovation officer kartuku.

Dari latar belakang seorang ayah dan ibu yang bukan berasal dari kalangan pengusaha, Nadiem banting setir memilih jalur yang berbeda dari latar belakang keluarganya itu, naluri bisnis Nadiem memang sangat tajam. Ia dapat melihat sebuah peluang bisnis yang cocok dan dapat membantu banyak warga Indonesia.

Bermula dari pengalaman pribadinya kembali ke Jakarta untuk bekerja yang mempertemukan dirinya dengan kemacetan dan dengan jiwa enterpreneurshipnya itulah, pada 2011, ia mulai merintis perusahaan milik sendiri yang kemudian dikenal dengan nama GO-JEK, pesan ojek secara online.

Nadiem mengaku ia angkat kaki dari perusahaan sebelumnya haya karena ia tidak betah bekerja di perusahaan orang lain. Ia ingin mengontrol dirinya sendiri. Nadiem dengan cerdas memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada untuk kemudahan para pelanggan GO-JEK-nya. Aplikasi GO-JEK pun sudah bisa dirasakan manfaatnya oleh banyak orang.

Dalam perkembangannya, seperti dilihat dalam akun Go-Jek, GO-JEK tak hanya sebagai tarnsportasi online penumpang, tapi ia berkembang menjadi jasa antar barang (Go-Send), makanan (Go-Food), alat kesehatan, massage, dan kebersihan (Go-Clean). Kini Go-JEK sudah memiliki 200 ribu partner pengemudi motor dan mobil, 35 ribu merchant Go Food, dan 3.000 penyedia layanan lainnya. (BL/DN)


PENDIDIKAN


SD, Jakarta
SMA, Singapura
S1, International Relations di Brown University, Amerika Serikat.
S2, Harvard Business School, Harvard University dan lulus dengan menyandang gelar MBA (Master Business Of Administration)

KARIER

Karyawan, Management Consutant Mckinsey & Company, tiga tahun
Co-founder dan Managing Editor di Zalora Indonesia
Chief Innovation Officer Kartuku
CEO GO-JEK



3. William Tanuwijaya (TOKOPEDIA)







Nama lengkap : William Tanuwijaya


Profesi :Pengusaha

TTL :Sumatera Utara, 11 November 1981

Karya/Prestasi : Game Developer, PT Boleh Net Indonesia, Juni 2003 – September 2003 (4 bulan) Software Developer, PT Signet Pratama, September 2003 – Mei 2004 (9 bulan) Software Developer, PT Sqiva Sistem, Mei 2004 – Maret 2005 (11 bulan) IT and Business Development Manager, PT Indocom Mediatama, Oktober 2006 – Desember 2008 (2 tahun 3 bulan)Co-founder, CEO PT.Tokopedia, Januari 2009 – Saat ini (6 tahun 10 bulan)






RIWAYAT

Oktober 2014, jagat digital Indonesia heboh dengan suntikan dana US$100 juta dari Softbank Internet and Media dan Sequoia Capital untuk Tokopedia, sebuah situs e-commerce Indonesia. Sontak saja, pendiri Tokopedia William Tanuwijaya menjadi bintang baru di dunia digital.

William Tanuwidjaya, yang sekaligus CEO Tokopedia, mengatakan dana itu bakal digunakan untuk mengembangkan kualitas dan produk lokal yang dihadirkan Tokopedia sebagai perusahaan kelas dunia.

"Jadi kalau kita bicara tentang nasionalisme, kita jangan hipokrit. Jangan hanya kencang bicara pakai produk lokal saja," ujar dia ditemui tak lama setelah berita itu beredar.

William Tanuwijaya lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara, 11 November 1981. Ia mengenyam pendidikan sekolah dasar hingga menengah di kampung halamannya. Ia baru meninggalkan tempat kelahirannya saat meneruskan kuliah di Jakarta.

Inilah pertama kali William meninggalkan kampung halamannya, diberikan kesempatan oleh ayah dan pamannya untuk melanjutkan kuliah di Jakarta. William sangat bersemangat dan dengan hati yang penuh rasa penasaran itu ingin segera sampai di Jakarta. Waktu itu, ia menaiki kapal selama 4 hari 3 malam untuk sampai ke Jakarta. Ia mengambil kuliah di Universitas Bina Nusantara.

Datang ke Jakarta, tak hanya untuk kuliah. Namun, bagi pria yang cukup ulet ini mengisi waktu senggangnya dengan bekerja sambilan sebagai operator di warung internet (warnet) setiap harinya dari jam 9 malam hingga 9 pagi. Walaupun sibuk kuliah sambil bekerja, ia berhasil meraih gelar sarjana Teknik Informasi pada tahun 2003.

Saat lulus kuliah, ia memilih untuk bekerja kantoran di beberapa perusahaan yang bergerak dalam industri pengembangan sowftware. Pertama ia bekerja selama 4 bulan PT Boleh Net Indonesia, terus pindah ke PT Signet Pratama selama 9 bulan, dan berlanjut masih sebagai software developer di PT. Sqiva Sistem hingga Maret 2005.

Berbekal dengan keahliannya dan pengalaman yang ia miliki William dipercaya menjabat menjadi IT and Business Development Manager di PT Indocom Mediatama selama kurang lebih 2 tahun. Pada tahun 2007, ia mendapatkan ide untuk membangun Tokopedia dengan konsep mal online.

Walaupun William bukan berlatar belakang dari keluarga berbisnis, ia memiliki tekad yang kuat untuk membangun bisnis mall online ini. Saat sedang membangun bisnisnya, ayahnya divonis kanker, ia tak pulang, karena ia tidak bisa meninggalkan pekerjaanya karena ia satu-satunya pencari nafkah di keluarganya. Hasil kerjanya inilah yang membantu biaya orangtuannya.

Selama dua tahun berusaha akhirnya atasan dari tempat ia bekerja memberikan modal sebesar sepuluh persen dengan menggandeng Leontinus Alpha Edison rekan kerjanya. Kini, hasil buah tangannya toko online bernama Tokopedia, makin besar. Semua barang ada di sini, penjualnya banyak.

PENDIDIKAN

SD-SMA di Pematang Siantar, Sumatera.
Universitas Bina Nusantara, Teknik Informasi


KARIER

Game Developer, PT Boleh Net Indonesia, Juni 2003 – September 2003 (4 bulan)
Software Developer, PT Signet Pratama, September 2003 – Mei 2004 (9 bulan)
Software Developer, PT Sqiva Sistem, Mei 2004 – Maret 2005 (11 bulan)
IT and Business Development Manager, PT Indocom Mediatama, Oktober 2006 – Desember 2008 (2 tahun 3 bulan)
Co-founder, CEO PT Tokopedia, Januari 2009 – Saat ini (6 tahun 10 bulan)

3 PROFIL PENGUSAHA SUKSES